Kamis, 05 Januari 2017

Tugas 10 Telaah Kurikulum (05 Desember 2016)

Tugas 10 Telaah Kurikulum (05 Desember 2016)


Kata Kerja Operasional

A. Ranah Kognitif
1. Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis

2. Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan

3. Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan

4. Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer

5. Sintesis (C5) : Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi

6. Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan

B. Ranah Afektif
1. Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati

2. Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak

3. Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang

4. Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk

5. Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan

C. Ranah Psikomotor
1. Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi

2. Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur

3. Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus

4. Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang


Sumber:
Materi perkuliahan 

TUGAS 11 TELAAH KURIKULUM

TUGAS 11 TELAAH KURIKULUM

TAKSONOMI BLOOM (1956)

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Konsep taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ada baiknya sebelum masuk ke dalam penyusunan silabus dan RPP mengingat sekilas tentang taksonomi Bloom. Rekan-rekan yang berprofesi sebagai pendidik pasti sudah akrab dengan istilah ini. Taksonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.Taksonomi untuk tujuan pendidikan adalah kategorisasi tujuan pendidikan yang digunakan untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana pelajaran yang penting manapun yang tidak.Taksonomi tujuan pendidikan merupaka suatu kategori tujuan pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskn tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.usun.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  • Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  • Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  • Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Ranah Kognitif

Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi  yang dilambangkan dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu:

a.C1Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.  Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dan menulis.
b. C2 (Pemahaman/Comprehension)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu :
1. Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)
2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)
3. Ekstrapolasi (kemampuan memperluas arti).
Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: memperkirakan, menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan,merinci, mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah, mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan,mendiskusikan, menggali, mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, mempolakan, memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.

c. C3 (Penerapan/Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah : menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapakan, menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah, menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepkan, melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses, mengaitkan, menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.

d. C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa :
  • Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi)
  • Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
  • Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah : menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memerinci, menominasikan, mendiagramkan, mengkorelasikan, merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan, menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.

e. C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak.

Di jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk, merumuskan, menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan merekonstruksi.

f. C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :
  • Evaluasi berdasarkan bukti internal
  • Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah: membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.


Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar.

Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :

1. Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.

2. Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: menjawab, membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.

3. Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.

4. Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.

5. Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi,  mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.


Ranah Psikomotor

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.

Kategori yang termasuk dalam ranah ini adalah:

a. Meniru
Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan itu.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: mengaktifan, menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur, mengumpulkan, menimbang, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan, dan mengonstruksi.

2. Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasikan, mengisi, menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, dan mencampur.

3. Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah: mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan, mengemas, dan membungkus.

4. Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan, memulai, menyetir, menjeniskan, menempel, mensketsa, melonggarkan, dan menimbang.


Sumber :
http://renamahardika.blogspot.co.id/2015/06/penerapan-taksonomi-bloom-pada.html
http://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pen

TUGAS 12 TELAAH KURIKULUM

TUGAS 12 TELAAH KURIKULUM


PEMETAAN KI-KD
Nama Sekolah           : SMP Negeri 2 Singaraja
Mata Pelajaran          : Seni Rupa
Kelas/Semester          : VII / 1 dan 2
Tahun Pelajaran       : 2016/2017
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Tingkat Ranah
Indikator Pencapaian Kompetensi
Tingkatan Ranah IPK
Materi Pokok
Ruang Lingkup
Alokasi Waktu
1. Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, percaya diri, dan motivasi internal, toleransi,  pola hidup sehat, ramah lingkungan dalam berinteraksisecara efektif  dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penomena dan kejadian yang tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lainnya yang sama dalam sudut pandang/teori.

1.1  Menerima, menanggapi dan menghargai keragaman  dan keunikan karya seni rupa sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan
2.1  Menunjukkan sikap menghargai, jujur, disiplin, melalui aktivitas berkesenian 
2.2 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduli, dan santun terhadap karya seni rupa dan pembuatnya

2.3  Menunjukkan sikap percaya diri , motivasi internal , kepedulian terhadap lingkungan dalam berkarya seni
1.1.   Memahami konsep danprosedurmenggambar flora, fauna dan benda alam
1.1.  Menggambar flora, fauna dan benda alam

A5












A5









A5









A5










C2








·     Melihat gambar flora, fauna dan benda alam
·     Membaca buku tentang konsep danprosedurmenggambar flora, fauna dan benda alam
·     Menanyakan cara menggambar flora, fauna dan benda alam
·     Menanyakan makna  gambar flora, fauna dan benda alam di masyarakat
·   Menghubungkan antara konsep dan prosedurmenggambar flora, fauna, benda alam dengan budaya setempat
·   Mencari  konsep dan prosedurmenggambar flora, fauna dan benda alam dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·   Menunjukkan makna yang terkandung pada  gambar flora, fauna dan benda alam dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·  Membandingkan konsep danprosedurmenggambar flora, fauna dan benda alam yang berkembang dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·     Membuat gambar flora, fauna dan benda alam
·     Menyampaikan hasil pengumpulan dan simpulan informasi yang diperoleh
·    Mempresentasikan secara lisan atau  tulisan mengenai  karya yang dikerjakan

C1



C2




C5



C5




P1














A5








P4









P2



C5
Menggambar flora, fauna dan benda alam





1.2.   Memahami   konsep danprosedur  menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias
1.2.   Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias



C2
·  Melihat gambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·  Membaca buku tentang konsep danprosedurmenggambar  ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·  Menanyakan cara menggambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·  Menanyakan  makna  gambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·      Mendiskusikan konsep danprosedur menggambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·      Mencari makna ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·    Menghubungkan antara konsep dan prosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik dengan budaya setempat
·      Membandingkan   konsep danprosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik yang berkembang dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·     Mengambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·     Menyampaikan hasil pengumpulan dan simpulan informasi yang diperoleh
·    Mempresentasikan  secara lisan atau  tulisan mengenai  karya
yang dikerjakan






C1





C5



C5
















P1






P4












Ragam hias flora dan fauna serta geometrik




3.3  Memahami    konsep danprosedur penerapan ragam hias pada bahan tekstil
1.3.   Menerapkan ragam hias pada bahan tekstil



C2
·  Melihat tekstil dengan gambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·  Membaca buku tentang konsep dan prosedur  menerapkan ragam hias flora dan fauna serta geometrik  pada tekstil
·  Menanyakankonsep ragam hias flora dan fauna serta geometrik  pada tekstil
·  Menanyakanprosedur menerapkan ragam hias flora dan fauna serta geometrik  pada tekstil
·      Mendiskusikan konsep dan prosedur menerapkan ragam hias flora dan fauna serta geometrik pada tekstil
·      Bereksperimen dengan beragam media

·    Menghubungkan antara konsep danprosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik dengan budaya setempat
·      Membandingkan   konsep danprosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik yang berkembang dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·   Membuat kriya tekstil dengan motif ragam hias flora dan fauna serta geometrik

·  Menyampaikan hasil pengumpulan dan simpulan informasi yang diperoleh
Mempresentasikan secara lisan atau  tulisan mengenai  karya yang dikerjakan








C1






C5





C5

















P1








P4






P2






C5






Ragam hias pada  bahan tekstil



3.4  Memahami   konsep danprosedurpenerapan ragam hias pada bahan kayu
1.4. Menerapkan ragam hias pada bahan kayu


C2
·      Melihat bahan kayu dengan gambar ragam hias flora  danfauna serta geometrik
·      Membaca buku tentang konsep dan prosedur  menerapkan ragam hias flora dan fauna serta geometrik pada kayu
·      Menanyakankonsep ragam hias flora dan fauna serta geometrik pada bahan kayu
·      Menanyakanprosedur menerapkan ragam hias flora dan fauna serta geometrik pada bahan kayu
·      Mendiskusikan konsep danprosedurmenggambar  ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·      Mencari makna ragam hias flora dan fauna serta geometrik
·     Menghubungkan antara konsep danprosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik dengan budaya setempat
·     Membandingkan   konsep danprosedurgambar ragam hias flora dan fauna serta geometrik yang berkembang dalam kehidupan sosial budaya di masyarakat
·     Membuat kriya kayu  dengan motif ragam hiasflora danfauna serta geometrik
·     Menyampaikan hasil pengumpulan dan simpulan informasi yang diperoleh
Mempresentasikan  secara lisan atau  tulisan mengenai  karya yang dikerjakan







C1








C5





C5














P1







P4









P2



Ragam hias pada  bahan kayu




Rabu, 04 Januari 2017

TUGAS 14 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK "MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA"

 "MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA"

Model dan Metode Pembelajaran Seni Rupa
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sisitem pengelolaannya. Sedangakan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat disklafikasikan , sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam bukunya Kapita Selekta Pendidikan Islam, (1994:114) berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Beberapa metode pembelajaran seni budaya (seni rupa) sebagai berikut :
1.      Ekspresi bebas
Metode ekspresi beba lebih banyak pada kebebasan anak – anak untuk mengungkapkan perasaannya. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberi keleluasaan kepada anak didik untuk mengungkapkan perasaannya ke dalam penciptaan karya seni yang diajarakan kepada peserta didik.
2.      Kerja kelompok (kumpulan dan gabungan)
Kerja kelompok dimaksudkan untuk membuat karya seni rupa yang berukuran besar dan menciptakan hubungan emosi antar siswa terjalin lebih baik, karena mereka dituntut bekerja sama, saling menghargai karya teman, dengan tujuan bekarya yang sama.
3.      Mozaik
Mozaik adalah karya seni rupa dua dimensi atau tiga dimensi yang dibuat dengan cara mengkombinasikan susunan dari berbagai macam bahan mentah bersifat padat, kering, dank eras untuk membuat karya utuh. Contoh bahan yang dapat dipakai untuk membuat karya mozaik adalah pecahan kaca, potongan kayu dan masih banyak lagi.
4.      Montase
Montase adalah karya seni rupa dua dimensi yang dibuat dengan cara mengkombinasikan susunn dari berbagai macam bahan berupa karya yang sudah jadi kemudian disusun ulang menjadi sebuah karya baru yang bernilai seni.
5.      Kolase
Kolase adalah karya seni rupadua dimensi yang dibuat dengan cara mengkombinasikan susunan dari berbagai macam bahan mentah bersifat padat atau kering menjadi karya utuh bersifat non dekoratif. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk kolase adalah kain flannel, kain perca, dedaunan, ranting pohon dan masih banyak lagi.
6.      Merakit
Merakit adalah membuat karya dengan cara menyambung – nyambungkan beberapa bagian atau potongan bahan. Potongan bahan disambungkan dengan cara dilas, dipatri, disekrup atau dengan cara lain.
7.      Meronce
Menurut Sumanto (2005), meronce adalah suatu cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian – bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya.
8.      M3 (Melipat, menggunting, merekat)
Karya seni rupa M3 ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi, seperti origami.
9.      Membutsir
Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara diremas – remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek. Bahan yang biasa digunakan adalah tanah atua plastisin. Selain membutsir dengan tangan yang diremas – remaskn tetapi sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.
10.  Diorama
Diorama adalah gambaran kejadian, baik yang mempunyai nilai sejarah atau tidak , yang disajikan dalam bentuk miniature, tidak ada perbedaan yang mencolok antara maket dan diorama. Menurut Susanto (2012:106) diorama adalah gambaran adegan yang dituangkan dalam bentuk seni patung.
11.  Siluet (positif, negative)
Metode gobal banyak digunakan dalam melukis, tujuannya agar sisiwa dapat menangkap keseluruhan bentuk objek yang dilukis. Salah satu teknik yang dipakai dalam metode ini adalah teknik siluet. Teknik siluet memudahkan siswa untuk menangkap bagian – bagian kecil dari objek.
         
Sumber :
File.upi.edu
www.mediapustaka.com
repository.unib.ac.id
lib.unnes.ac.id
www.tipspendidikan.com

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK TUGAS 13

"MODEL PEMBELAJARAN 3M"


Model Pembelajaran M3 (Melipat, Menggunting, Merekat)
3M (Melipat, Menggunting, Merekat), merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada penngembangan sensor motorik anak. Kegiatan ini dilakukan untuk anak Usia Dini (PAUD). Media yang digunakan adalah media sederhana seperti kertas, karton, dus dan sebagainya. Bahan – bahan yang mudah didapat dalam lingkungan sekitar anak – anak, bis juga menggunakan media kain.
            Pada kegiatan menggunting dan merekat, anak dituntut membuat sebuar karya. Anak disuruh menggunting beberapa kertas dan merekatnya pada bidang tertentu, untuk membentuk suatu gambar tertentu. Untuk kegiatan melipat contohnya yaitu membuat origami burung, gajah, anjing, rumah, bunga dan sebagainya. Semakin banyak gerakan motorik halus anak seperti : melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, dan menganyam kertas.
Kegiatan menggunting dibagi menjadi dua yaitu menggunting secara langsung dan secara tidak langsung. Cara langsung yaitu mengguntig lembaran kertas dengan alat gunting sesuai bentuk yang dibuat. Secara tidak langsung yaitu menggunting dengan melalui tahapan melipat terlebih dahulu pada lembaran kertas, baru dilakukan pengguntingan sesuai bentuk yang dibuat.
Sumber :
www.gurubantu.tk



http://deviikapuspitasari.blogspot.co.id/2012/07/seni-3m-melipat-menggunting-dan-menempel.html

Tugas 11. Profesi Kependidikan (UU Guru dan Dosen)

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disahkan oleh DPR bersama Presiden pada 30 Desember 2005. Dan, diundangkan di Jakarta pada tanggal yang sama dalam Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 157. Pada UU ini dijelaskan pengertian yang berkaitan dengan guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berikut kutipan sebagian isi UU untuk maksud tulisan ini.
Bab I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Dosen adalah pendidikan profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut professor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
4. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan enjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang menjadi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
9. Kualifikasi akdemik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
10. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
11. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Catatan : nomor di atas sesuai nomor urut yang ada pada Pasal 1 UU 14/2005.
Tentang Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Guru diatur pada Bagian Kesatu dalam Bab IV. Bab IV yang mengatur Guru terdiri atas sembilan bagian. Berikut kutipan bagian kesatu.
Bab IV
GURU
Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik. kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 9Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma emapat.
Pasal 10(1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11(1) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
(2) Sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
(3) Sertifikat pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 12Setiap orang yang telah memeperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat jadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
Pasal 13(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan Pasal demi PasalPasal 8 Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.
Pasal 10Ayat (1) Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Yang dikamsud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.


Sumber:

https://bettykurniatytp.wordpress.com/2013/04/30/uu-guru-dan-dosen-kualifikasi-kompetensi-dan-sertifikasi/

Tugas 12. Perkembangan Peserta Didik ( Model Pembelajaran Seni Rupa (MERONCE))

A.    HAKIKAT MERANGKAI  DAN MERONCE
1.      Merangkai
Kata merangkai sama dengan menyusun, yaitu menata, menumpuk, menyejajarkan, menyusun benda-benda atau pernik tanpa ataupun menggunakan teknik ikatan. Misalnya : menyusun lauk di atas piring, berarti menata dan menyejajarkan laik dan nasi, serta memperkirakan posisi sayur dan pendamping lainnnya.

2.      Meronce
Meronce adalah menata dengan bantuan  mengikat komponen tadi dengan utas atu tali. Dengan teknik ikatan seseorang akan memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama di bandingkan dengan benda yang ditata tanpa ikatan. Meronce haruslah dengan memperhatikan bentuk, warna, dan ukuran.

3.      Meronce dengan Ikatan atau Simpul Tali
Susunan tali yamg mempunyai nada dan irama, sebab simpul sebenarnya dapat dilakukan sekaligus 3 ikatan dalam satu ikatan. Contoh tersebut dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu tali yang di rangkai dengan baik dengan menggunakan teknik simpulan mati ( yaitu tali simpul yang sulit diuraikan setelah disimpulkan) maupun simpul hidup yang mudah dibuka. Roncean dengan simpul disebut dengan macramé kata yang diambil dari bahasa jepang berati menalikan. 
4.      Meronce dengan Ikatan Gaya Anyam
Teknik lainnya dalam meronce adalah teknik anyaman. Tekniknya sama dengan teknik macramé, namun tidak dimatikan.

B.      ASPEK MERANGKAI DAN MERONCE
Kegiatan merangkai dan meronce memerlukan beberapa aspek atau pengetahuan dasar untuk membuatnya, diantaranya adalah aspek tujuan dan fungsi, prinsip penyusunan dan penataan, aspek bahan, aspek teknik, aspek penyelesaian.

1.      Aspek Tujuan dan Fungsi Pembuatan
Karya kerajinan seperti merangkai dan meronce mempunyai tujuan yang berbeda dengan melukis dan menggambar. Aspek ini yang menentukan bentuk akhir, misalnya: ketika akan membuat roncean gelang manik-manik, seorang anak yang kemudian membuatnya tidak diikatkan satu diantaranya sehingga mirip untaian bebas, maka tidak dapat dikatakan sebagai roncean.
Dilihat dari konsep umumnya merangkai dan meronce mempunyai tujuan:
a.       Permainan 
Merangkai maupun meronce dapat berfungsi untuk alat bermain anak, benda-benda yang akan dirangkai tidak di tujukan untuk kebutuhan tertentu melainkan untuk melatih memperoleh kepuasan rasa dan memahami keindahan.
Seorang guru dapat meminta anak didiknya untuk membawa bekal makanan secukupnya, anak diminta untuk menata makanannya didalam piring plastik yang sudah disiapkan oleh guru. Maka dengan meminta menata, sekaligus anak terlibat dalam bermain.

b.      Kreasi dengan komposisi
Kemungkinan benda atau komponen lain dapat diminta oleh guru kepada anak untuk menyusun ala kadarnya. Benda-benda tersebut dikumpulkan dari lingkungan sekitar, seperti: papan bekas, kotak sabun atau yang lain yang dibayanngkan dapat menjadi bangunan megah. Anak sengaja hanya bermain imajinasi saja, sehingga tujuan bermain ini untuk melatih imajinasi atau bayangan anak tentangkonstruksi suatu bangunan.
Secara garis besar manfaat penataan ini adalah;
a)      Melatih imajinasi melalui bentuk dan konstruksi bentuk dan bahan.
b)      Melatih ketelitian melalui kecermatan merangkai serta menyusun benda-benda tersebut.
c)      Melatih keajegan atau irama melalui urutan, tingkatan, serta kedudukan masing-masing benda terhadap benda yang lain,
d)     Melatih rasa kebersamaan, jika merangkai secara bersama-sama,
e)      Ekspresi atau mengutarakan pendapat melalui pengandaian bentuk untuk menyatakan keinginannya terhadap benda yang diminta.
Kegiatan bermain bagi anak sebenarnya merupakan latihan untuk mengenal benda serta sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya melalui peniruan.

c.       Gubahan atau inovasi
Merangkai dan meronce dapat ditujukan untuk melatih kreativitas, yaitu dengan cara mengubah fungsi lama menjadi fungsi baru. Seni merangkai ini lebih cendrung dikatakan sebagai seni bentuk dengan teknik merangkai dan meronce.

2.      Aspek Keindahan
Aspek keindahan dari merangkai dan meronce terletak pada cara menyusun benda-benda sebagai komponen rangkaian dapat menarik perhatian. Penataan ini menggunakan prinsip penyusunan seperti pada membentuk dan melukis, sebagai berikut.
a.       Kesatuan, yaitu prinsip menyusun yang bertujuan agar susunan tersebut menarik.
b.      Keseimbangan dengan memperhatikan masing-masing ukuran, bentuk serta pengikatnya, apakah berupa garis, warna pengikat serta yang lain.
c.       Irama adalah penyusun yang memperhatikan ukuran benda, besar kecil yang tersusun seperti irama music dengan rumus:
1)      a-b-a-b-a-b dst atau
2)      a-b-b-b-a yang dapat disusun berirama adalah warna, misalnya dengan warna panas dan dingin atau gelap-terang.
Aspek keindahan dapat diajarkan secara langsung dengan berlatih, untuk itu guru senantiasa mampu memotivasi dengan beberapa anjuran. Pemberian contoh diperlukan untuk mengasah pengamatan serta rasa. Seorang guru ketika akan member contoh perlu mengklasifikasi:
a.       apakah anak telah mempunyai konsep penataan
b.      jika sudah, guru melanjutkan dengan beberapa pertanyaan tentang konsep tersebut
c.       jika anak belum mempunyai konsep penciptaan,guru dapat memancingnya dengan pertanyaan, tentang gagasan apa yang akan di tuangkan dalam rangkaian tersebut.

3.      Aspek Kerajinan dan Ketekunan
Aspek kerajinan meliputi kemampuan mengamati bentuk berdasarkan kegunaannya, berdasarkan tujuan penelitian dan penciptaan. Aspek kerajinan menuntut ketelitian yaitu usaha member pelatihan, menyusun, menata rangkaian yang sesuai dengan rancangan susunannya tidak mudah rusak. Ketelitian yang di maksud adalah cermat dalam memilih bahan dan memilih bentuk yang akan di susun secara konseptual, serta ketelitian dalam menyelesaikan tugasnya:
a)      Tidak mudah rusak
b)      Warna dan bentuknya sesuai 
c)      Sesuai dengan tujuan penciptaan, apakah untuk kebutuhan praktis, hiasan serta ekspresi.


MEDIUM BERKARYA MERANGKAI DAN MERONCE

A.    KOMPONEN BENTUK DAN UJUD
Ada dua unsur yang menentukan keberhasilan penataan (merangkai dan meronce) yaitu :
a. penataan itu sendiri.
b. komponen yang di tata.

1. Jenis Bahan 
Berdasarkan jenis dan bentuknya bahan merangkai dapat di kelompokan menjadi dua yaitu : 
a.       bahan alami 
Contoh bahan alami misalnya : buah, batang, cabang serta bebatuan.
b . bahan artifisial (buatan)
Contoh bahan artifisial misalnya: buah kering, limbah papan kayu lapis dll.
c . bagaimana dengan tugas yang diberikan kepada anak ?
Latihan merangkai yang paling mudah diberikan kepada anak-anak ketika berada dalam kelas adalah menyusun makanan bekal diminta untuk di rangkai kembali dengan menyediakan piring plastik agar tidak mudah pecah. Setelah di beri penjelasan, mereka dapat mengembangkan dengan belajar kelompok dalam menata kue-kue. Tujuan pelatihan ini adalah mengajak anak bersosialisasi di antara anak.

2. Bentuk Bahan
Bentuk rangkaian bervariasi, mulai dari bahan yang teratur yaitu: kubus, bulat, kerucut, maupun trapesium.
a. Bentuk Beraturan 
contoh : kerucut, trapesium, lengkung tipis, lengkung tebal, dll.
b.   Bentuk Tidak Beraturan 
contoh : bunga, buah, ranting pohon.

KETERAMPILAN MERANGKAI DAN MORENCE

A.    PRINSIP RANGKAIAN DAN RONCEAN
Sebelum melanjutkan praktik merangkai Anda diminta mengemukakan terlebih dahulu perbedaan rangkaian di bawah ini:
Renungkan sebelum melangkah:
1.      Samakan susunan ruangan untuk makan dengan ruangan untuk belajar?
2.      Meja-kursi untuk makan dan meja-kursi untuk belajar, samakah?
3.      Benda-benda lain yang digunakan untuk menghias samakah untuk ruang makan dan ruang belajar?
4.      Unsur-unsur warna yang paling penting untuk ruang makan dan ruang belajar?
5.      Prinsip lain yang perlu dipertimbangkan untuk menata ruang makan dan ruang belajar adalah?
Renungan di atas untuk memberi arahan kita ketika akan merangkai dan menata ruangan. Renungan tersebut jika diuraikan menjadi suatu persyaratan merangkai dan meronce, yaitu:
a.       Mengetahui dahulu tujuan, meallui tujuan ini akan memberi arahan susunan yang dikehendaki
b.      Komponen yang dipunyai dan yang dibutuhkan jenisnya apa saja; dari komponen ini  akan berkembang menjadi pertimbangan menetukan tujuan juga
c.       Karakteristik komponen tersebut
d.      Adakah komponen yang khas yang harus diperhatikan secara khusus agar susunan tersebut tidak usang dan selalu menarik perhatian, dan
e.       Selain komponen utama dan penunjang, serta unsur pokok dan tamahan dalam komposisi tersebut.

1.      Tujuan
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum merangkai dan meronce adalah:
a.       Tujuan.
b.      Ketersediaan bahan.
c.       Prinsip penataan.

2.      Karakter
Untuk menciptakan karakter, seseorang harus memahami tujuan pembuatannya. Jika tujuan komersial, yang dipentingkan adalah daya tariknya sehingga orang ingin membelinya.
Bagaimana dengan meronce?
Sebenarnya karakter meronce pun juga harus didapatkan, apakah roncean ini untuk keperluan konstruksi atau hiasan. Roncean untuk keperluan konstruksi dapat dilihat pada tas belanja yang dironce dengan manik-manik makrame.
Prinsip rangkaian dan roncean dapat dirangkum sebagai berikut:
a.       Rangkaian harus menarik.
b.      Mempunyai karakter.
c.       Kualitas bahan juga mempengaruhi hasil akhir penataan.
d.      Mampu memberikan motivasi dan pengembangan daya nalar serta melatih kepekaan anak.
e.       Mengembangkan daya nalar melalui keterampilan menyusun dan menata atau merangkai dan meronce.



B.     LATIHAN MEMPRAKTIKKAN
Latihan ini aka memberikan manfaat ketika Anda menjasi guru, oleh karenanya dimohon menyesuaikan dengan perkembangan anak. Seperti diungkap oleh Gagne, bahwa perkembangan motorik atau keterampilan anak itu tidak sama untuk setiap anak. Namun tugas dan cara menerangkan dapat dimulai dari hal yang paling sederhana dan mendasar sesuai ddengan prinsip-prinsip pemberian motivasi kepada anak: fase Motivasi, fase Konsentrasi, fase Pengolahan, fase Menggali, dan fase Umpan Balik.

1.      Menyelesaikan  Rangkaian dan Roncean
a.       Tujuan: melatih imajinasi
1)      Melatih menghafal bentuk 
2)      Melatih pengamatan
3)      Melatih perasaan keindahan
b.      Materi/bahan: bunga
1)      Daun bercabang lima
2)      Buah
3)      Ranting
c.       Alat: piring datar
1)      Prickers/busa padat (gabus)
2)      Gunting 
3)      Pisau

2.      Meniru dan Mencontoh
a.       Merangkai buah kering dan biji pada cobek
1)      Tujuan:
a)      Mengenal berbagai macam buah yang dapat dikeringkan tetapi bentuk relatif masih utuh.
b)      Melatih ketelitian dan kesabaran.
c)      Melatih pengamatan.
2)      Bahan:
a)      Biji kedelai hitam, merah dan putih
b)      Biji kacang hijau
c)      Beras putih
d)     Jewawut (otek) sejenis rumputan
e)      Buah jambu isi yang kecil
f)       Lem kertas atau lem kayu
g)      Fixatif atau cat semprot clear ( netral dan transparan)
h)      Cobek
i)        Potongan lidi
3)      Alat:
a)      Lidi 
b)      Kuas kecil untuk meratakan lem
c)      Alat seprot atau semprotan obat nyamuk
d)     Pensil
4)      Langkah:
a)      Tentukan bentuk, untuk itu anda harus menbuat rancangan di atas kertas (mendesain) atau langsung di atas cobek dengan menggunakan pensil. Usahakan hasil goresan tersebut dapat dan mudah hilang agar tidak menganggu hasil akhir susunan/ rangkaian biji kering.
b)      Bersihkan cobek dan di usahakan debu sudah hilang dari permukaan untuk itu anda bias mencucinya terlebih dahulu, namun ketika akan mengerjakan hendaknya sudah kering.
c)      Lumuri lem sesuai dengan gambar desain, sedapat mungkin dimulai dari bagian tengah, agar dapat meneruskan ke samping kanan-kiri-atas dan seterusnya.
d)     Tunggu bijian yang sudah menempel tersebut mongering, jika sudah benar-benar kering anda dapat menutup dengan cat vernis, cat semprot (pilox) netral agar tidak merusak warna.
e)      Siap dipamerkan.
5)      Langkah mendesain: dalam mendesain terdapat berbagai pola hias:
a)      Rozet atau mendesain bunga mawar, cirri khasnya adalah semua susunan mempunyai arah ketitik pusat.
b)      Pola palmet atau daun palem, yaitu bentuk rozet yang dibelah dua, cirri khasnya sama dengan rozet namun titik arah di bawah dan ditengah.
c)      Pola medallion, mempunyai cirikhas penataan bebas tidak mengikuti pola, yang jelas semua komposisi dapat membuat karya tersebut menarik.

b.      Merangkai makanan atau jajanan
Dalam penataan makanan hasil masakan seseorang harus memperhatikan persyaratan khusus yaitu, harus bersih dan tepat tidak diulang-ulang  dan harus hygienis. Beberapa pola penataan yang menggunakan prinsip irama adalah menata jajanan. Jenis makanan ini yang dipentingkan adalah susunannya karena memiliki kesamaan bentuk. Pola yang dipakai bias berupa rozet, palmet dan tidak layak dengan medallion karena akan terasa acak-acakan. Untuk itu anda harus memperhatikan bentuk dan warna jajanan karena saat ini banyak jajanan yang diberi warna dan divariasikan bentuknya dan dihiasi dengan dedaunan, dan harus memperhatikan fungsi daun, tidak sekedar penghias tetapi sedapat mungkin juga ada kesamaan dengan bahan mentahnya. 

c.       Meronce manik-manik
Bahan: 
1)      Papan tripleks atau sejenisnya
2)      Beri lubang 
3)      Sediakan utas, monte, manic-manik, namun jika tidak ada anda dapat membuat sendiri dari buah kering, jambu isi, pohon nyamplung dan lain-lain.
4)      Stik bamboo seperti stik untuk makan bakmi   tusuk sate.


Pola yang akan dibuat:
1)      Alternatif pertama: anda menghubungkan kea rah samping terlebih dahulu, lalu isikan mote bulat telur. Jika diperlukan buatkan rumus terlebih dahulu dengan irama:a-b-a-b-a-b dan seterusnya.
2)      Alternatif kedua: anda tetap menggunakan rumus di atas, namun berlaku pula untuk susunan ke bawah, sehingga susunan tersebut menjadi bervariasi kebawah dan kesamping.  a-b-a-b-a-b-a-b atau b-a-b-a-b-a-b-a.
3)      Alternatif ketiga menghubungkan dengan garis yang ada di bawah dengan berjalan miring.
4)      Alternatif keempat adalah silang, dengan menggunakan rumus miring tetapi dilaksanakan kebalikan dari tugas miring, sehingga nantinya seperti rajut, untuk itu anda dapat menambahkan berbagai variasi. Misalnya diisi dengan potongan plastic penyedot minuman yang mempunyai ukuran serta warna yang bervariasi.

3.      Merancang Sendiri secara Bebas
Arah metode diskusi dalam merancang bebasuntuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran, misalnya dengan menggunakan pertanyaan pancingan:
a.       Kalian merangkai apa saja?
b.      Untuk apa?
c.       Mengapa kalian merangkai itu?
d.      Mengapa kalian senang jika rangkaian ini selesai, kalian puas?
e.       Bahan-bahan apa saja yang dimaksudkan kedalam rangkaian tersebut, apakah benda itu ada disekitar kalian?
f.       Temanmu boleh membantu tidak, jika boleh disuruh membantu apa saja?

Beberapa pertanyaan mengarah pada ungkapan yang menunjukan:
a.       Kemampuan penglihatan
b.      Merangsang daya imajinasi dan nalar anak
c.       Menghafal benda yang ada di lingkungan sekitar beserta fungsinya
d.      Mengetes kepuasaan dan rasa senang serta mampu member argumentasi penataan
e.       Melatih rasa sosial dan kesetiakawanan.



Sumber:

http://melyloelhabox.blogspot.co.id/2012/10/merangkai-dan-meronce-bagi-anak-usia_1253.html